- Back to Home »
- Fakta / Opini »
- 3 Fenomena Bulan Di Malam Hari
Posted by : Spell
Wednesday, July 8, 2015
Pada kesempatan kali ini saya mempost info kepo yaitu berupa fenomena alam, sebagai berikut
1.
Gerhana Bulan
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan
penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di
antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar
matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila
bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit
bulan terhadap bidang ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan
matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit
bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut
node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini
akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu
29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya.
Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana
matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan
antara matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali
bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar matahari yang
dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang
dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat
gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga,
jingga, ataupun coklat.
Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan
tidak berbahaya sama sekali.
2.
Super Moon
bulan super adalah istilah yang digunakan oleh para
astrolog untuk menggambarkan keadaan bulan penuh ketika bulan berada dalam
posisi terdekatnya dengan Bumi (apsis/perigee). Istilah ini tidak diterima
secara luas, terutama di kalangan ilmuwan. Secara spesifik, bulan super bisa
merupakan bulan purnama atau bulan baru, yang jaraknya dengan bumi sekitar 10%
atau kurang dari jarak lintasannya dengan bumi. Ketika fenomena ini terjadi,
bulan nampak lebih besar dan lebih terang, meskipun perubahan jaraknya hanya
beberapa kilometer.
Fenomena bulan super sebelumnya terjadi tahun 1955,
1974, 1992, dan 2005. Pada 19 Maret 2011, bulan super akan mengalami jarak
terdekatnya dalam 18 tahun terakhir, dengan prakiraan jarak sekitar 356,577
kilometere (221.567 mil). Pada 19 Maret, fenomena perigee bulan, yang memiliki
siklus sekitar 27,3 hari, terjadi bersamaan dengan bulan purnama yang muncul
tiap 29 hari. Ketika perigee bulan terjadi bersamaan dengan bulan purnama,
permukaan bulan akan tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang
dari bulan purnama.
Bulan super kadang dihubung-hubungkan dengan bencana
alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain. Itu karena waktu
terjadinya bulan super hampir selalu berdekatan dengan terjadinya suatu bencana
alam tertentu. Namun, bulan super tidak cukup kuat untuk memengaruhi permukaan
tanah ataupun gunung berapi di Bumi, pengaruh dari fenomena bulan super ini di
bumi hanyalah naiknya permukaan laut sekitar beberapa inci di beberapa daerah.
Pengaruh fenomena bulan super terhadap peningkatan
aktivitas seismik justru terjadi di permukaan bulan sendiri, meskipun efeknya
tidak terlalu besar. Ketika berada dalam keadaan bulan super, bulan mengalami
gempa. Hal ini terdeteksi oleh instrumen seismologi yang ditinggalkan oleh para
astronot Apollo 11 di bulan.
Istilah bulan super pertama kali dikemukakan oleh
astrolog Richard Nolle pada tahun 1979.
3.
Bulan Biru
Blue Moon itu merupakan istilah untuk bulan penuh
kedua dalam satu bulan. Ungkapan Blue Moon tidak ada hubungannya dengan warna
permukaan bulan, jelas Conrad Jung, staf Chabot astronom di Space & Science
Center di Oakland. “Itu hanya istilah sehari-hari, yang berarti sangat-sangat
langka,” katanya. “Ini bukan fenomena yang sering terjadi,” Jung menambahkan.
“Ini agak esoterik. Saya tidak mendapatkan banyak pertanyaan tentang bulan
biru. ”Pada awal abad yang lalu, bulan biru dianggap sebagai tiga musim dengan
empat bulan penuh, tidak peduli kapan munculnya, katanya.
Budaya agraris lebih memperhatikan bulan purnama,
karena penerangan malam hari bisa memperpanjang hari kerja selama musim tanam
dan panen, Jung menjelaskan. Bulan purnama September misalnya, dikenal sebagai
Harvest Moon di Amerika Serikat.
Blue Moon dapat memiliki warna biru jika dilihat
melalui debu di atmosfer dari abu vulkanik.